Hutan Jati merupakan bagian dari
sejarah kehidupan manusia Indonesia khususnya di Pulau Jawa dimana kayu jati
telah dianggap sebagai sejatining kayu (kayu yang sebenarnya). Dilihat dari
kualitas kayunya yang kuat dan awet, sejak jaman dulu kayu jati terbukti
memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan manusia dengan dipakainya sebagai
alat produksi pertanian, alat rumah tanggaserta armada angkutan baik darat
maupun laut. Jati dan jenis lain merupakan produk andalan Perhutani.
Perkembangan teknologi telah memungkinkan jenis-jenis yang sebelumnya tidak
memiliki nilai atau belum diketahui nilainya, kini menjadi bernilai dan
memungkinkan memiliki mutu yang lebih tinggi dari yang diperkirakan. Hal ini
ditandai dengan pembudidayaan tanaman kehutanan yang telah berkembang dengan
pesat yang didasari pada penguasaan teknologi.
Untuk mengantisipasi tuntutan
ini, pengembangan Puslitbang Perhutani diharapkan mampu meningkatkan daya saing
produk-produk andalan Perum Perhutani melalui pengembangan tenologi yang telah
diketahui sebelumnya atau ditemui dalam proses kegiatannya. Dibangun sebagai
Pusat Penelitian dan Pengambangan Jati pada tanggal 5 Februari 1998. Awal
berdirinya dipusatkan untuk penelitian dan pengembangan jati. Pada Oktober 2005
berubah menjadi Pusat Penelitian dan rekomendasi dan kritik yang membangun bagi
atasan untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada perusahaan guna mencapai
pengelolaan hutan berkelanjutam. Penelitian dan Pengembangan meliputi 4 aspek,
yaitu: Sumber Daya Hutan, Lingkungan, Sosial, Ekonomi, Bioteknologi, dan
Produksi, industri pemasaran dan manajemen.
Dari hasil pengembangan hasil
penelitian pemuliaan pohon dan silvikultur adalah Tanaman Jati Prospektif.
Dibangun berdasarkan evaluasi hasil penelitian silvikultur sebelumnya (gebrus,
jarak tanam, dosis pupuk), dengan bibit bergenetik unggul hasil pemuliaan
pohon, tanpa meninggalkan aspek sosial ekonomi masyarakat. Dari materi yang
digunakan family terbaik uji keturunan jati dan uji. Pada tahun 2004 dilakukan
di KPH (Purwakarta, Indramayu, Kendal, Randublatung, Cepu, Ngawi dan Saradan)
seluas 600 ha. Sarana lainnya yang melegkapi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Jati adalah Arboretum yang memilki koleksi pohon jati dan pengelompokkannya
didasarkan atas pertimbangan taksonomi, maupun fungsi. Jati di Jawa ternyata
memiliki diversitas jenis yang cukup banyak, yang belum dikenal secara luas
baik oleh orang kehutanan sendiri, apalagi olah awam. Dalam rangka melengkapi
aktivitas pada Pusat Jati (Teak Center).
Jenis-jenis Jati ini dicoba untuk dikumpulkan di dalam suatu arboretum. Hingga
saat ini telah terkumoul sebanyak 32 jenis, yang terdiri atas: 3 spesies Jati (genus Tectona), 13 varietas lokal, dan
sisanya merupakan Jati yang berasal dari berbagai asal tempat tumbuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar